Saturday, July 24, 2010

Thursday, July 15, 2010

Friday, July 9, 2010

Let's Buy Used Books

A place where we can share thoughts, imagination, and even buying and selling. Here's one of my favorite places in Solo, the used books market. Located in the north of the Kasunanan Solo Palace, adjoined with antiques shop and lower class eyes glass shop. We can find magazines, comic books, tabloids, novels, dictionaries, scientific dictionaries, clippings, literature books, maps, old books (palace relics, colonial relics, handwritten books, the book reads Java script, etc.), antique photo, stamps, and even you can find old-fashioned toys which popular in 60's-80's. Price range 1000 Rupiahs to infinity. At least once a month I definitely took time to visit here, whether it's being looking for books, or just for kicks while pray can find something crazy stuff here.

While Gramedia book store had launched cheap books sale, here the traders waiting for a used book lovers like me to do business with. Haggling has became common here. And don't be surprised if the traders here know very well figure of Pram, Goenawan Muhammad, Nietzsche, Gorz, Tolstoy, Marx. They've understood very well the value of a book they sell. This is where the pleasure is, we can talk a lot with them as we chat with the author. Because of books they smart, because of books they can live.

Rather than it become garbage, rather than it yawning black polluting, we might read it and treat it.



Saturday, July 3, 2010

Omah Lowo (Goodbye Blue Sky)


Goodbye Blue Sky
Did you see the frightened ones?
Did you hear the falling bombs?
Did you ever wonder why we had to run for shelter
When the promise of a brave new world
Unfurled beneath a clear blue sky?

Did you see the frightened ones?
Did you hear the falling bombs?
The flames are all long gone, but the pain lingers on.

Goodbye, blue sky
Goodbye, blue sky
Goodbye...
*Omah Lowo Purwosari, Solo*

Monday, June 28, 2010

Code Dreamer

Foto ini kupersembahkan untuk saudara - saudariku di bantaran kali Code, serta sekawanan hewan ternak mereka.


Antara rumah susun dan rumah reot, kali dan parit, beton dan pasir, ingus dan semerbak bau parfum menyengat. Kau aliri ini dengan air yang melimpah, untuk menghidupi kami. Kau bangun ini untuk kami tinggali. Dan ketika puluhan tahun sudah kami ada, sosialisasi di antara kami pun semakin terpisahkan oleh jurang modernisme yang sulit untuk kami lompati dengan kaki lemah bak pipa rapuh pabrik gula tradisional yang termakan rayap ini. Konfrontasi atas nama keserakahan dan arogansi. Dan demi tercapainya kemerdekaan diri sendiri, kami bersumpah kepada bumi dan langit, sampai telak kami mengering kami tidak akan lelah untuk menyuarakan rintihan diskriminasi tanpa sebab yang kami alami. Sekarang, hanya tinggal menyisakan cerita yang terdistorsi tak beraturan, kian lama kian entah kemana.

Pemutihan adalah misi sederhana kami, dan pemutihan adalah visi kalian, wahai para penghuni istana megah bertahtakan matahari. Ketika kawan kami telah mendapatkan haknya secara instan dan gratis, kami masih harus menunggu lama dan serba tak pasti untuk kegratisan dan kepraktisan itu. Mudah, tinggal bayar sejuta’an rupiah, kami sudah mendapatkan apa yang kawan kami dapatkan itu sekarang juga. Tapi apa daya untuk makan dan menambal sepeda onthel pun kami sulit, apalagi membayar segitu hanya untuk pemutihan yang sudah dijanjikan gratis oleh para petinggi – petinggi nun jauh di sana, tapi tak kunjung juga kami rasakan, hanyalah ludah kental penuh kuning nikotin mereka yang dapat kami rasakan sampai saat ini.


Akta tanah kami yang masih bertuliskan aksara jawa ini telah berumur lebih dari umur bapak kami. Mungkin ketika cucu kami besok mencarinya dibawah kolong tempat tidur untuk diputihkan, akta itu sudah menjadi abu berikut jasad rayap – rayap pemakan kertas. Dan kami mohon wahai para penguasa, kami disini tidak untuk didengar, tapi kami disini untuk dilihat. Memaksa mata kalian untuk melihat dari setiap sudut kesakitan ini.
Bahkan rumah susun yang kalian bangun untuk kami tinggali bersama – sama dengan kawan kami itu tidak kami pakai. Kami memilih untuk tinggal di dalam rumah reot kami masing – masing. Ya, pastinya dengan sangat terpaksa kami melakukan itu, untuk membuka hati kalian tentang isi gumpalan kekecewaan kami selama ini. Kami hanya menuntut keadilan dan kesetaraan, bukan kenyamanan. Dan dengan enaknya dan tanpa rasa sungkan kawan kami tidur pulas di ruang – ruang nyaman rumah susun itu.
Tapi yasudahlah, biarkan aku memancing ikan di sungaiku ini. Biarkan anak – anakku bermain di sungaiku ini. Biarkan hewan – hewan ternakku mandi di sungaiku ini. Hanya rutinitas sederhana inilah yang membuatku tetap senang tinggal di bantaran kali Code ini.

Kami disini juga masih bisa tersenyum.
Beginipun sudah indah, apalagi.

























Wednesday, June 23, 2010

Trans Gudeg

Finally I could experience the trans-busway as well, but this is Jogja-bus-style. Yes, this bus called Trans Jogja. Same with the Trans Jakarta, this bus has a special line in operation, and have shelter in some places for stops and transit passengers.

I have very often go to jogja, whether it's just refreshing, or there is a specific purpose. But only this time I boarded the Trans Jogja bus. First, I departed from Malioboro shelter. I have not and never set destination, just let the bus flow away.



Tuesday, May 4, 2010

The Same Old Story About May Day

All photos taken on May 1st 2010 in Solo, while the unions held rallies and theatrical in the Court of Sriwedari city walk to celebrated International Labor Day (May Day).


Happy May Day for working class all around the world!




Look around your country and you’ll see the state its in
Homelessness and proverty where did it all begin?
Hospitals are closing and the schools are falling down
The Tory’s got the lifeboat and the rest of us can drown
And every day we get the same old story
Just another lie from another Tory
One law for the wealthy man who lets his money speak
No law for the working class cause justice don’t come cheap
So realise what’s going on before it gets to late
Open up your eyes and see the bastard who should hate
One day you will understand just what they do to you
And then when you see the light you’ll know just what to do
Cause all the year of suffering and all the broken heart
Will be remembered when the revolution starts
(the oppressed-same old story)